Sensor Media Jadi Ancaman Jurnalis Peliput Isu Lingkungan
Palembang- Sensor media massa menjadi ancaman paling serius bagi jurnalis peliput isu lingkungan di kawasan Asia Tenggara.
Penyensoran itu misalnya terjadi di Indonesia, Kamboja, dan Filipina. Isu-isu lingkungan yang banyak bermunculan adalah pembalakan liar dan pertambangan ilegal yang berdampak terhadap masyarakat adat.
Situasi tersebut tergambar dalam Konferensi Kebebasan Pers di Palembang, Sumatera Selatan pada 3 Mei 2024. Konferensi kebebasan pers menjadi bagian dari Kongres Aliansi Jurnalis Independen XII yang berlangsung pada 3-5 Mei 2024.
Pengurus AJI Indonesia, Ahmad Arif mengatakan oligarki bisnis media massa memperkuat praktek sensor peliputan industri ekstraktif, selain serangan digital. Dampaknya, para jurnalis memutuskan hanya menulis berita-berita tertentu.
Selain itu, minimnya sumber daya manusia dan kurangnya dukungan dari berbagai kalangan juga menjadi penyebab sebagian jurnalis tidak berinisiatif untuk menulis isu lingkungan. "Ancaman-ancaman itu membuat jurnalis tidak berminat menulis isu-isu lingkungan," kata Arif.
Jurnalis for CamboJA, Seoung Nimol menyatakan penyensoran berita di media massa juga terjadi di Kamboja karena kebebasan pers di sana buruk. Jurnalis Kamboja kerap mendapatkan ancaman ketika meliput isu-isu lingkungan.
Joydeep Gupta dari Internews Earth Journalism Network menyebutkan lembaganya bekerja sama dengan jaringan jurnalis di dunia untuk survei tentang jurnalis, sebagian dari mereka meliput isu lingkungan. Mayoritas peliput isu lingkungan berasal dari Indonesia. "Yang paling mengkhawatirkan sebanyak 39 persen mendapatkan ancaman dalam berbagai cara," kata Joydeep.
Ancaman itu dalam bentuk fisik dan mental. Ada juga ancaman digital menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Dia menyarankan jurnalis terus mencari cara untuk melindungi diri dari berbagai ancaman. Terdapat sejumlah kursus daring keselamatan jurnalis yang bisa menjadi bekal untuk perlindungan diri. Selain itu, perlu penyediaan bantuan hukum untuk para jurnalis.
AJI mempertemukan jaringan organisasi jurnalis di Asia Tenggara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja dan, Timor Leste untuk membahas hubungan antara krisis iklim, demokrasi dan kebebasan Pers. Tujuannya untuk mempererat solidaritas di tengah kesamaan ancaman internal dan eksternal di masing-masing negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Serangan terhadap pers semakin masif dalam bentuk regulasi yang represif, kekerasan, dan penyensoran.
Kegiatan ini melibatkan 300 peserta dari jurnalis, pers mahasiswa, akademisi, pengelola media, NGO, dan kedutaan sejumlah negara. Berbagai rangkaian acara Konferensi Kebebasan Pers dapat diakses melalui website: www.kongres12aji.com. Kegiatan ini juga disiarkan secara daring melalui Youtube AJI Indonesia.
- 203 kali dilihat