Rangkaian Webinar "Literasi Kebencanaan di Indonesia untuk Menangkal Mis-Disinformasi" dan "Melawan Infodemi Covid-19"
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dengan dukungan Google News Initiative (GNI) akan menyelenggarakan rangkaian webinar bertema "Literasi Kebencanaan di Indonesia untuk Menangkal Mis-Disinformasi" dan "Melawan Infodemi Covid-19". Kali ini webinar akan digelar di 24 kota.
Simak detil tiap webinar di bawah ini. Jika Anda membutuhkan informasi lain, silakan menghubungi naharin@ajiindonesia.or.id atau febrina@ajiindonesia.or.id.
1. Jember
Judul Webinar:
"Setahun Pandemi: Ikhtiar Membangun Ketahanan Komunitas Menghadapi Infodemi"
Literasi digital menjadi salah satu hal yang cukup penting dalam membangun ketahanan bersama menghadapi pandemi. Pada 2020, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,71 juta atau sekitar 73,7% dari total penduduk. Di sisi lain, Indeks Literasi Digital Indonesia (2020) masih pada skor sedang.
Dalam situasi tersebut, kerja-kerja pemeriksaan fakta media perlu ditunjang dengan upaya peningkatan literasi digital di masyarakat. Tanpa ditunjang peningkatan literasi, warganet rentan terpapar hoaks karena sulit membedakan antara fakta dan kabar bohong.
Dalam konteks di kawasan Tapal Kuda, beberapa insiden terjadi terkait mis/dis informasi selama pandemi. Selain media, peran organisasi sipil juga cukup penting untuk melawan infodemi. Grup medsos yang dibangun oleh komunitas warga sipil, punya peran signifikan dalam mempengaruhi narasi yang berkembang di masyarakat, selain juga media mainstream.
Webinar ini akan mengeksplorasi bagaimana upaya media dan organisasi sipil bekerja untuk meningkatkan literasi digital di tingkat komunitas.
Tanggal/waktu: Selasa, 23 Maret 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
1. Angger Putranto (Jurnalis Harian Kompas / Relawan Banyuwangi Lawan Corona )
2. Herlambang Perdana Wiratraman (Dosen FH Unair/ relawan KawalCovid19 )
3. dr. Muhammad Makky Zamzam (Ketua Satgas NU Peduli Covid-19)
Moderator: Sri Wahyunik (AJI Jember)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Jember
2. Samarinda
Judul webinar: "Kaltim dalam Jejak Bencana & Jurnalisme Empati"
Menurut BMKG, wilayah Kaltim punya tiga struktur sesar atau patahan yang sewaktu-waktu memicu terjadi gempa. Tiga struktur sesar tersebut yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster.
Dikutip dari Tempo.com, Juli 2020, dua sesar disebut masih aktif berdasarkan hasil pemantauan kegempaan oleh BMKG. Keduanya, Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur.
Dalam catatan BMKG, Kaltim punya tujuh jejak peristiwa terjadi gempa dan tsunami besar. Di antaranya, Sangkulirang (1921), Mangkalihat (1964), Kutai Timur (1982), Muarabulan, Kutai Timur, (1983), Mangkalihat (2000), Tanjung Redep (2006), Muaralasan, Berau, (2007).
Selain faktor alam, salah urus pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di Kaltim juga memberi kontribusi besar terhadap bencana. Misalnya, pertambangan batu bara yang tak direklamasi, alih fungsi hutan, ilegal logging dan lainnya. Akibatnya, banyak daerah di Kaltim sering banjir, longsor, dan lainnya akibat ulah manusia.
Literasi kebencanaan semacam ini kurang mendapat porsi pemberitaan media massa maupun jurnalis di Kaltim. Karena itu, AJI Kota Samarinda ingin mendorong tiga hal perihal kebencanaan ini. Pertama, mengkritisi pengelolan SDA di Kaltim yang tak berkelanjutan (sustainability). Kedua, dampak dan kontribusinya terhadap bencana. Ketiga, memberi edukasi kebencanaan dan upaya mitigasi.
Tanggal/waktu: Rabu, 24 Maret 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
1. Dinamisator Jatam Kaltim – Pradarma Rupang
2. Akademisi Program Studi Teknik Geologi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur - Fajar Alam
3. Ahli Pers – Novi Abdi
Moderator: Fitri Wahyuningsih (AJI Samarinda)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Samarinda
3. Lampung
Judul webinar: "Merajut Informasi Pandemi di Lampung"
MEDIA memiliki posisi penting dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk pada masa pandemi seperti sekarang. Lewat informasi yang disajikan, media dapat membawa perubahan di masyarakat.
Kendati pandemi telah satu tahun, namun masih ada kekhawatiran di masyarakat terkait Covid-19. Mestinya kekhawatiran publik soal virus corona berkurang. Kemudian, masih terjadi stigma terhadap pasien maupun keluarga yang terinfeksi Covid-19.
Pemberitaan yang berlebihan ihwal Covid-19 dinilai turut memberi andil. Lalu, pemahaman jurnalis mengenai istilah-istilah terkait pandemi juga berkontribusi. Dampaknya, informasi yang disajikan media kepada publik menjadi bias.
Selain itu, beberapa kali di Lampung beredar informasi keliru terkait Covid-19. Bahkan, polisi menangkap warga yang dituduh menyebarkan hoax.
Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa informasi berkelindan dengan kehidupan manusia. Kualitas informasi bisa memengaruhi, bahkan mengubah pandangan seseorang. Media memegang peranan penting dalam pembentukan informasi tersebut.
Diskusi ini akan membahas bagaimana menilai suatu informasi. Kemudian, seperti apa mengemas informasi pandemi Covid-19. Lalu, bagaimana peran pengambil kebijakan.
Tanggal/waktu: Kamis, 25 Maret 2021, pukul 13.30-15.30 WIB.
Pembicara:
1. Dian Wahyu (trainer cek fakta Google News Initiative)
2. dr. Reihana (Jubir Satgas Covid-19 Lampung)
3. dr. Boy Zaghlul (Wakil Ketua IDI Lampung)
4. Yoso Muliawan (News Manager Tribun Lampung)
Moderator: Umar Robani (AJI Bandar Lampung)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Lampung
4. Medan
Judul webinar: "Jurnalis Warga, Ujung Tombak Pengabar Bencana"
George D Haddow dan Kim S Haddow, pengarang buku Communications in A Changing Media World (2009) menyebutkan, di masa lalu bencana baru diketahui lama setelah kejadian itu berlalu, namun sekarang tidak lagi.
Teknologi baru, laptop, telepon genggam, sistem pengirim pesan, kamera digital dan internet telah mengubah gelombang pengumpulan dan pendistribusian berita. Teknologi-teknologi ini juga merubah jalannya informasi, dari yang dulunya terpusat, dengan model atas bawah melalui pemerintah maupun pekerja media profesional, berubah menjadi lebih dinamis. Kini, semua orang bisa mengirim berita kepada siapa pun, kapan pun juga.
Jika di media konvensional, penonton atau pembaca hanya bersifat pasif, dalam media komunitas, mereka menjadi pihak yang aktif dalam mencipta dan menyebarkan informasi.
Jurnalisme pasrtisipatif menghapus batas antara pihak yang terkena dampak dengan yang meliput berita.
Kemunculan jurnalisme warga bisa menjadi jalan keluarnya.
Kekecewaan terhadap sempitnya ruang penyaluran dari media-media arus utama, semakin memperkuat munculnya media-media tandingan, salah satunya adalah media komunitas atau jurnalisme warga.
Tanggal/waktu: Jumat, 26 Maret 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
1. Oscar Motuloh, Kepala Divisi Museum dan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA
2. Sarianto Sembiring, Pengabar Erupsi Gunung Sinabung
Moderator: Riri Wahyuni (AJI Medan)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Medan
5. Kendari
Judul webinar: "Memperkuat Literasi Warga Ditengah Infodemi Covid-19"
Setahun sudah pandemi Coronavirus Disease 2019 atau lebih dikenal dengan Covid-19 menghantam Indonesia, masih ada kelompok masyarakat yang tidak mempercayai ini atau ada juga menganggapnya bagian dari rekayasa atau konspirasi.
Di Bumi Anoa Sulawesi Tenggara (Sultra) pun tak terkecuali demikian. Tingkat kepercayaan warga masih rendah. Kasus pada Januari 2021, di Kabupaten Kolaka, ada keluarga yang merebut paksa jenazah pasien Covid-19, mereka menolak pemakamanya dilakukan berdasarkan protokol Covid-19. Kasus seperti ini sudah beberapa kali terjadi, bahkan saat diawal temuan kasus ini di Sultra
Belum lagi banyak warga tidak takut untuk berkativitas di ruang terbuka sembari diikuti dengan pengabaian protokol kesehatan (Prokes) ini salah satunya karena mereka meyakini Covid-19 adalah konspirasi.
Misal ada yang menuding jika dalang dibalik virus corona adalah Bill Gates, ia dicurigai mempunya agenda setting dibalik pandemi.
Teori konspirasi lain yang diyakini, bahwa pandemic corona ini merupakan senjata biologis pertahanan buatan China yang bocor.
Dari beberapa kasus itu dirasa penting untuk sosialisasi dan edukasi yang untuk terus digencarkan, sehingga ketepatan informasi mengenai Covid-19 akan mengubah cara pandang dan sikap masyarakat terhadap Covid-19.
Tanggal/waktu: Senin, 29 Maret 2021, pukul 13.00-15.00 WIB.
Pembicara:
- Zainal A. Ishaq (Fack Checker)
- dr. Rabiul Awal (Jubir Satgas Covid-19)
- Ramadhan Tosepu (Epidimolog)
Moderator: Rosniawanti (AJI Kendari)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Kendari
6. Malang
Judul webinar: "Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami di Pesisir Selatan Malang"
Gempa terjadi karena terjadi tumbukan antara dua lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Catatan gempa dahsyat terjadi di zona megathrust di Jawa dan Sumatera pada 1699, Jawa Barat dan Sumatera 1780, Jawa, Bali dan Lombok 1815, Jawa dan Flores 1820, Jawa Barat 1834, Jawa Tengah dan Jawa Timur 1840, Jawa Barat dan Jawa Tengah 1847 dan Jawa Bali 1867.
Gempa besar pernah terjadi di Malang Selatan pada 1967. Mengakibatkan 1.656 bangunan rusak, 23 korban meninggal, dan 121 luka-luka. Sementara gempa disertai tsunami di Rajekwesi, Banyuwangi pada 3 Juni 1994, mengakibatkan 300 orang meninggal.
Kerak samudera Indo-Australia dan lempeng benua Eurasia berusia tua. Terbentuk sekitar 20 juta tahun. Sehingga mudah patah, dampaknya terjadi gempa kecil. Sering terjadi gempa bagus, karena energi terlepas. Sehingga potensi gempa besar berkurang. Jika lama tak terjadi gempa, energi menumpuk dan berbahaya. Bisa menimbulkan gempa besar.
Tinggal di kawasan yang berpotensi terjadi gempa mahadahsyat di zona Megathrust harus lebih waspada, serta melakukan mitigasi bencana. Agar tak menimbulkan korban manusia. Palang Merah Indonesia Kabupaten Malang menyebut telah membentuk tim siaga bencana berbasis masyarakat (Sibat) di 140 desa rawan bencana.
Meliputi desa yang berada di pesisir selatan mulai Lebakharjo, Pujiharjo, Purwodadi, Sumbermanjing Wetan, Gedangan, Bantur dan Donomulyo. Mereka terlatih dalam mitigasi bencana mulai deteksi dini, evakuasi, dan pertolongan pertama.
Sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Malang, kini berkembang menjadi tempat wisata populer. Sehingga banyak wisatawan yang berkunjung, untuk itu pengelola bertanggungjawab dan memiliki kewajiban menyediakan infrastruktur pendukung mitigasi bencana.
Mulai memasang tanda peringatan bencana tsunami, jalur evakuasi dan titik kumpul. Agar pengunjung mengetahui bahaya tsunami dan menghindari. Agar meminimalisir korban jiwa jika terjadi tsunami.
Percepatan penyebaran informasi peringatan dini bencana tsunami ke masyarakat juga berperan penting. Dapat mencegah, meminimalisir korban jiwa maupun kerusakan sebagai dampak bencana. Serta mencegah potensi terjadinya berita bohong atau hoaks maupun disinformasi yang justru menjadi malapateka baru.
Tanggal/waktu: Selasa, 30 Maret 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- Ma’Muri (Kepala Stasiun Geofisika BMKG Karangkates)
- Bambang Istiawan (Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang)
- Andang Bachtiar (Geologist Merdeka)
Moderator: Neni Fitrin (AJI Malang)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Malang
7. Bengkulu
Judul webinar: "Peran Media dan Publik Menangkal Infodemi Covid-19"
Di Bengkulu. Pengguna internet selama tahun 2020 mencapai 45,32 persen. Angka itu dihitung dari dua juta lebih jumlah penduduk tahun 2020 berdasarkan hasil sensus.
Di mana Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat, jumlah pengguna internet di provinsi ini mencapai 910,834 jiwa. Dari angka itu yang bertujuan bermain sosial media seperti, FaceBook, Twitter, WhatsApp dan platform lainnya mendominasi jumlah pengguna internet di Bengkulu, mencapai 88,18 persen.
Sementara yang lainnya, sebanyak 66,46 persen mengakses internet untuk mencari informasi atau membaca berita. Kemudian, sebanyak 29,76 persen menggunakan internet untuk mengerjakan tugas sekolah.
Untuk bisnis, seperti melakukan pembelian atau penjualan secara daring, sebanyak 19,05 persen. Lalu, untuk mengirim atau menerima email sebanyak 10,45 persen, hiburan 71,22 persen, fasilitas finansial sebanyak 14,61 persen, dan tujuan lainnya sebanyak 2,21 persen.
Seiring dengan jumlah pengguna internet tersebut. Di masa pandemi Covid--19, muncul masalah baru, Infodemi. Ini merupakan masalah baru bagi dunia internasional. Selain pandemi Covid-19. Di mana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memunculkan istilah infodemi yang menggambarkan persebaran hoaks berkaitan dengan pandemi Covid-19.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebut, ada tiga bentuk infodemi yang beredar. Seperti, misinformasi atau penyebaran informasi yang tidak tepat akibat adanya ketidaktahuan akan informasi yang tepat.
Lalu, disinformasi atau penyebaran informasi yang tidak tepat dan bersifat destruktif secara sengaja, dan malinformasi atau penyebaran informasi faktual untuk merugikan pihak-pihak tertentu.
Kominfo meliris sejak, Kamis 23 Januari 2020 hingga Rabu 10 Maret 2021. Isu hoax tersebar sebanyak 2.697 di media sosial. Terbanyak di platform FaceBook (FB) dan Twitter. Namun, untuk total isu hoax terkait Covid-19 sebanyak 1.470.
Dari jumlah tersebut, 2.360 konten hoax Covid-19 sudah diturunkan. Yakni, 1.857 di FaceBook, 438 di Twitter, 45 di YouTube dan 20 di Instagram. Sementara, terhitung Senin 1 Maret hingga 10 Maret 2021, terdapat 13 isu hoax terkait Covid-19.
Lantas bagaimana menangkal infodemi Covid-19?. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu bersama Google News Initiative (GNI), menggelar webinar dengan mengangkat Tema ''Peran Media dan Publik Menangkal Infodemi Covid-19''.
Tanggal/waktu: Rabu, 31 Maret 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- Harry Siswoyo (Ketua AJI Bengkulu)
Gushevinalti (Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bengkulu)
Sri Hartika Tholib (Sekretaris Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bengkulu)
Moderator: Muhammad Antoni (AJI Bengkulu)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Bengkulu
8. Gorontalo
Judul webinar: "Literasi Bencana di Gorontalo dan Mitigasinya Melalui Media Massa"
Pada pertengahan 2020, banjir bandang menerjang tiga kecamatan di Kota Gorontalo. Jumlah masyarakat terdampak sebanyak 15.083 orang. Sementara di Kabupaten Bone Bolango, banjir merendam tujuh kecamatan dengan warga terdampak sebanyak 8.867 orang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Gorontalo menyebut, pada pertengahan 2020 saja, banjir di Gorontalo menyebabkan 31.679 jiwa terdampak.
Tidak hanya menghadapi ancaman banjir, Gorontalo rupanya harus menghadapi ancaman gempa bumi tektonik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo meminta masyarakat untuk mewaspadai sesar lokal Gorontalo yang mengiris 3 daerah administrasi, yakni Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Gorontalo Utara. Atau jika dirincikan, ada sembilan kecamatan, 40 kelurahan/desa dan sekitar 108 ribu jiwa warga. Lebih dari itu, bencana lainnya yang mengancam berupa gelombang tinggi ataupun tanah longsor.
Karena itu, pentingnya literasi kebencanaan agar bencana yang pernah terjadi di Gorontalo, tersampaikan kepada generasi selanjutnya. Apalagi, berdasarkan survey yang dilakukan oleh World’s Most Literate Nations tahun 2006, Indonesia berada di peringkat ke 60 dari 61 negara yang memiliki literasi buruk terkait kebencanaan. Masyarakat masih tidak tahu mana berita hoax dan berita benar soal bencana juga menjadi masalah serius di lingkungan masyarakat saat ini, sehingga Gorontalo seharusnya mampu meningkatkan literasi kebencanaannya demi memperkaya mitigasi bencana.
Salah satu yang memegang peran penting dalam hal mitigasi adalah media massa. Sebagai corong informasi, media dianggap mampu mengedukasi masyarakat, memberi penyadartahuan terkait bagaimana menghadapi bencana dan hidup bersahabat dengan bencana.
Sayangnya, dalam pemberitaan soal bencana, media cenderung lebih suka pada aspek drama sebuah bencana. Apakah jumlah korban, dampak kerusakan, atau tangis air mata. Ada aspek penting yang sering terlupakan dalam praktik jurnalisme bencana yaitu mitigasi bencana.
Lalu, seperti apa potensi bencana di Gorontalo, dan bagaimana mitigasinya melalui media massa? Apa itu mitigasi bencana? Sejauh mana mitigasi bencana melalui media massa di Gorontalo? Seperti apakah pemberitaan terkait mitigasi bencana?
Tanggal/waktu: Kamis, 1 April 2021, pukul 13.00-15.00 WIB.
Pembicara:
- 1. Dr. Raghel Yunginger, S.Pd., M.Si. (Dosen MIPA UNG)
2. T ORAL SEM WILAR , SE (Kepala BMKG Gorontalo)
3. Debby Mano (Ketua The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Simpul Gorontalo)
Moderator: Christopel Paino (Jurnalis Mongabay.id)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Gorontalo
9. Balikpapan
Judul webinar: "Peran Media Menangkal Misinformasi dan Disinformasi COVID-19"
Pemerintah Kota Balikpapan kini gencar melakukan vaksinasi untuk menekan jumlah kasus positif covid-19. Namun tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Karena masih ada
sejumlah warga yang menolak divaksin.
Belum lama ini ada warga di Kota yang secara terang-terangan menolak divaksin. Mereka
bahkan mendatangi Wali Kota menyatakan, menolak divaksin. Kondisi ini tentu memprihatinkan ditengah upaya pemerintah menekan kasus covid-19.
Wali Kota menyatakan, penolakkan warga karena kurangnya edukasi soal vaksin. Begitu
banyaknya informasi yang beredar justru menyesatkan, sehingga kemungkinan warga
menjadi takut untuk divaksin.
Sementara secara kumulatif jumlah kasus positif covid-19 dan angka kematian di Kota
Balikpapan tertinggi diantara kota dan kabupaten di Kalimantan dengan jumlah 14.718 kasus dan 532 kasus kematian (23 Maret 2021).
Badan kesehatan dunia WHO menyatakan, tantangan yang dihadapi saat ini hoaks
mengenai pandemi covid-19. WHO menyebut sebagai infodemi, karena sama berbahayanya
dengan virus penyebab Covid-19 itu sendiri.
Sementara Kominfo menemukan 1.341 hoaks dengan sebaran hingga 2.135 sepanjang
2020. Sejumlah platform dan media telah bekerja keras untuk hoaks, meski infodemi terus merajalela di media sosial. Karenanya peran media diperlukan untuk menangkal misinformasi dan disinformasi covid19. Sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang benar.
Karenanya kami ingin membagikan pengetahuan melalui Webiner dengan menghadirkan narasumber yang hali
dibidangnya.
Tanggal/waktu: Selasa, 6 April 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- Septiaji Eko Nugroho (MAFINDO)
- dr. Andi Sri Juliarty (Dinas Kesehatan Kota Balikpapan)
- Ika Ningtyas Unggraini (AJI Indonesia)
Moderator: Adi Prasetya (AJI Balikpapan)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Balikpapan
10. Denpasar
Judul webinar: "Mitigasi Bencana di Destinasi Wisata, Keselamatan atau Keuntungan?"
Sebagai destinasi pariwisata dunia, pemerintah Bali kerap menyuguhkan wajah Bali yang adem, aman dan nyaman sesuai pandangan Sapta Pesona. Kondisi ini juga begitu rekat pada cara berfikir masyarakat. Tujuannya adalah satu, yakni wisatawan bisa datang berlibur ke pulau dewata dan perekonomian di Bali berjalan normal.
Sebagai contoh, peristiwa meletusnya Gunung Agung pada tahun 2017-2018 membuat ribuan warga harus mengungsi dan berdampak pada menurunnya pariwisata Bali.
Peristiwa Gunung Agung meletus juga pernah terjadi pada tahun 1963. Letusan pada 1963 ini tidak hanya menelan korban jiwa tapi juga berdampak iklim yang dirasakan di seluruh dunia.
Kondisi ini seyogyanya menjadi catatan dan evaluasi bagi seluruh kalangan, terutama pemerintah untuk bisa mengedukasi warga serta menyiapkan sarana jika kejadian tersebut kembali terjadi.
Pemberitaan mengenai potensi bencana yang jika ditelaah lebih dalam dimaksudkan mendorong persiapan pemerintah untuk memitigasi bencana dan masyarakat untuk lebih sadar atau sigap apabila bencana benar terjadi dianggap sebagai berita bohong/ hoax. Seharusnya hal seperti ini digunakan sebagai "cambuk" untuk melatih masyarakat agar siap saat bencana terjadi dibanding hanya menghitung kerugian dari sektor pariwisata secara materiil.
Selain itu, Bali juga berhadapan dengan zona megathrust segmen Sumba yang memiliki potensi gempa dan tsunami. Kemudian, Bali berada di antara 2 patahan, yakni patahan belakang kerawanan dari utara dan dari kerawanan subduksi lempeng dari selatan.
Pemerintah provinsi Bali telah mengembangkan sistem kebencanaan di sesuai dengan visi pembangunan daerah Bali, yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Tanggal/waktu: Rabu, 7 April 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- Devy Kamil Syahbana (Kasubbit Mitigasi Bencana Gunung Api Wilayah Timur, ESDM, PVMBG)
- I Made Rentin (Kalaksa BPBD Bali)
- Yoyo Raharyo (Redaktur Radar Bali)
Moderator: Khania Ayu (AJI Denpasar)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Denpasar
11. Bojonegoro
Judul webinar: "Menangkal Disinformasi Pandemi Covid-19 di Media Sosial"
Data di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat per 30 Januari 2021, ada 1.396 isu hoaks Covid-19. Sementara itu 92 isu terkait hoaks vaksin. Seluruh isu tersebut berada dalam 2.209 konten di sejumlah media sosial yakni Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.926 konten sudah diblokir sisanya masih dilakukan secara bertahap. Kementerian Kominfo bersama Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCEN) melakukan upaya pemberantasan hoaks Covid-19. Dua lembaga pemerintah ini melakukan penanganan dari hulu hingga hilirnya.
Info tidak benar soal pandemi berlangsung merata di tiap daerah seperti di Kabupaten Bojonegoro, imbasnya media yang memberitakan soal pandemi mendapat respon yang negatif di media sosial, tak jarang netizen mencaci maki ketika ada berita atau info soal covid-19, meskipun itu berasal dari sumber kompeten yang diproduksi oleh teman-teman jurnalis di daerah.
Dalam rangka merespon hal tersebut Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bojonegoro bersama Google News Initiative (GNI) menggelar webinar dengan mengangkat Tema ''Menangkal Disinformasi Pandemi Covid-19 di Media Sosial”.
Tanggal/waktu: Kamis, 8 April 2021, pukul 13.00-15.00 WIB.
Pembicara:
- Khorij Zainal Asrori (Pimred Radar Bojonegoro dan alumni pelatihan cek fakta Google)
- Masirin (Juru Bicara Tim Gugus Tugas Penanggulangan covid-19 Pemkab Bojonegoro)
- AW Saiful Huda (Direktur Bojonegoro Institute)
Moderator: Arika hutama (AJI Bojonegoro)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Bojonegoro
12. Jayapura
Judul webinar: "Menangkal Mis-Disinformasi Vaksinasi di Papua"
Vaksinasi covid19 menjadi hak bagi setiap warga Negara, namun di Papua, program vaksinasi belum sepenuhnya berjalan maksimal. Selain kondisi geografis Papua yang mempunyai medan dan tantangan tersendiri bagi petugas medis, dan sebaran penduduk di daerah-daerah terpencil, tetapi juga adanya mis-disinformasi Vaksinasi akibat kurangnya sosialisasi dan pemahanan terhadap manfaat vaksinasi itu sendiri. Bagaimana menangkal Mis-disinfomasi vaksinasi tersebut di Papua? Bagaimana padangan masyarakat adat soal Vaksinasi dan bagaimana pula peran media meliterasi masalah ini.
Tanggal/waktu: Jumat, 9 April 2021, pukul 19.00-21.00 WIB.
Pembicara:
- dr. Aaron Rumainum (Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua - Wakil Juru Bicara Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid 19 Provinsi Papua)
- Jhon Gobai (Sekretaris Dewan Adat Papua)
- Victor Mambor ( Praktisi Media di Papua)
Moderator: Lina Umasugi (AJI Jayapura)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Jayapura
13. Mandar
Judul webinar: "Jurnalis di Bencana: Antara Relawan dan Pengabar"
"AJI Kota Mandar sebagai salah satu AJI Kota yang bekerjasama dalam kegiatan tersebut di atas akan mengangkat tema “Jurnalis di Bencana: Antara Relawan dengan Pengabar”. Tema itu diangkat berdasar fenomena dua bencana alam terakhir yang terjadi di Sulawesi Tengah (Gempa Palu) dan Sulawesi Barat (Gempa Majene) yang banyak melibatkan jurnalis. Selain melakukan peran utamanya sebagai pengabar, juga banyak yang berperan sebagai relawan (volunteer).
Sebagai pengabar jelas terlihat dampaknya (peran tradisional), tapi sebagai relawan, peran mereka tidak terlalu terlihat padahal realitas di lapangan peran mereka cukup besar. Ada yang berada langsung di garis depan di lapangan dan sebagai perantara dari donatur ke penyintas.
Harapannya, meski terlibat sebagai relawan (peran kemanusiaan), seorang jurnalis tidak mengabaikan Kode Etik dan Kode Prilaku dalam mencari berita. Misalnya tidak mengurangi kemampuan mereka untuk menverifikasi informasi yang didapatkan serta tidak memiliki konflik kepentingan yang bisa merugikan masyarakat. "
Tanggal/waktu: Selasa, 13 April 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- Reni Ayu, jurnalis Kompas di Makassar
- Zainal Ishaq, pemeriksa fakta Tempo
- Neni Muhidin, Pegiat literasi di Nemu Buku, Palu
Moderator: Harmegi Amin (AJI Kota Mandar)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Kota Mandar
14. Pekanbaru
Judul webinar: "Misinformasi dan Disinformasi Vaksin dan Pandemi Covid-19 di Riau"
Berita bohong (hoaks), baik itu misinformasi ataupun disinformasi sangat memengaruhi keberhasilan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Riau. Bahkan, untuk nakes sajapun masih belum dapat terbebas dari informasi yang salah atau tidak tepat menyangkut vaksinasi.
Tentunya, ketidakberhasilan dalam vaksinasi akan membawa pengaruh pula terhadap keberhasilan menangani pandemic Covid-19 secara keseluruhan.
Karena itu, sosialisasi dan penyebaran berita yang benar dan tepat sangat diperlukan dalam rangka mencapai keberhasilan dalam penanganan pandemi Covid-19. Misinformasi dan disinformasi wajib dihilangkan atau setidaknya sangat diminimkan agar Riau dapat segera tuntas dari pandemi tersebut.
Lebih lanjut akan dibahas dalam webinar ini. Webinar akan menghadirkan para pemangku kepentingan dan pelaku yang kompeten di bidangnya.
Tanggal/waktu: Rabu, 14 April 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- Mimi Yuliani Nazir (Koordinator Bidang Kesehatan Satgas Covid-19/Kepala Dinas Kesehatan Riau)
- Irjen Agung Setya Imam Effendi (Kapolda Riau)
- Eko Faizin (Praktisi Media di Riau)
Moderator: Imelda Vinolia (AJI Pekanbaru)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Pekanbaru
15. Mataram
Judul webinar: "Media dan Literasi Kebencanaan Pascagempa Lombok-Sumbawa 2018"
Hampir tiga tahun pascagempa dahsyat menimpa wilayah Lombok-Sumbawa, Agustus 2018 silam, kehidupan masyarakat dua wilayah ini sudah pulih. Rumah-rumah dan fasilitas umum rusak telah dibangun kembali. Meski sebagian kecil masih dalam proses pembangunan.
Kehidupan masyarakat di daerah terparah seperti Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Tengah saat ini sudah normal. Warga sudah fokus bekerja membangun perekonomian keluarga. Tidak hanya itu, konstruksi bangunan-bangunan baru pascagempa lebih kokoh dibandingkan sebelumnya.
Gempa 7.0 Skala Richter (SR) yang meluluh-lantakan ratusan ribu rumah dan fasilitas umum memberi pelajaran penting bagi warga. Mereka harus membangun rumah, kantor, dan rumah ibadah yang tahan gempa. Baik konstruksi bangunan berbahan kayu maupun beton.
Gempa yang terjadi hampir tiga bulan juga membuat warga Lombok mulai akrab dengan bencana gempa. Sehigga sebagian warga tidak terlalu panik menghadapi gempa-gempa sekala kecil.
Sayangnya, kondisi itu tidak merata. Masih banyak masyarakat Lombok menyimpan rasa trauma mendalam akibat gempa dahsyat 2018. Baru-baru ini gempa dangkal 4.0 SR yang terjadi di wilayah Awang membuat warga di desa sekitarnya panik dan lari keluar rumah.
Kepanikan terjadi karena kurangnya literasi kebencanaan di tengah masyarakat, khususnya bencana gempa. Walau pernah dilanda gempa selama tiga bulan beruntun, warga belum paham apa yang harus dilakukan ketika gempa kembali terjadi.
Mirisnya, tidak ada sistem informasi cepat bisa diakses warga desa, terutama saat listrik dipadamkan. Juga tidak ada sistem terpadu di tingkat desa yang bergerak cepat merespons setiap bencana.
Kondisi masyarakat yang panik sangat rawan disusupi isu-isu hoaks yang bisa memperparah situasi.
Faktanya, hampir tiga tahun pascagempa, tidak semua desa atau wilayah di Lombok memiliki tanda jalur evakuasi bila terjadi gempa dan tsunami. Bahkan sampai di wilayah pesisir Lombok memiliki shelter tsunami.
Di samping itu, belum ada pemetaan jelas tentang potensi gempa dan tsunami di NTB. Itu menunjukkan literasi kebencanaan dan sistem mitigasi bencana pascagempa 2018 tidak menunjukkan perbaikan signifikan.
Media sebenarnya memiliki peranan penting memperkuat literasi kebencanaan dan mendorong perbaikan sistem mitigasi bencana di daerah.
Sayangnya, isu literasi kebencanaan tidak menjadi isu utama media-media mainstream. Saat gempa 2018, sangat sedikit konten berita menyuguhkan isu literasi kebencanaan ini. Media nasional maupun lokal lebih fokus menyoroti rekonstruksi pascagempa.
Di sisi lain, pemerintah daerah pun belum melakukan upaya maksimal untuk memperkuat literasi kebencanaan di tengah masyarakat.
Kondisi ini sangat memperihatinkan. Sebagai daerah pariwisata, harusnya literasi kebencanaan dan sistem mitigasi kebencaan benar-benar menjadi prioritas utama.
Karena itu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama dengan Google News Initiative menyelenggarakan webinar series nasional tentang literasi kebencanaan untuk menangkal disinformasi.
Tanggal/waktu: Kamis, 15 April 2021, pukul 15.00-17.00 WITA.
Pembicara:
- Eko Teguh Paripurno, Direktur Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta
- Ardianto Septiadhi, Kepala BMKG Stasiun Geologi Mataram
- Atina, AJI Mataram/Jurnalis Radar Tambora
Moderator: Iqra Hardiansyah (AJI Mataram/Jurnalis MetroTV)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Mataram
16. Kupang
Judul webinar: "Peran Media Mainstream Menangkal Infodemi Covid-19"
Pandemi Covid-19 benar-benar mencuri perhatian dunia. Pandemi ini tak luput dari pemberitaan masif media.
Sebagaimana diketahui media berperan besar dalam membangun opini dan kepercayaan publik serta perubahan sosial di masyarakat.
Hanya saja pandemi justru dijadikan kalangan atau orang tertentu untuk menyebarkan informasi sesat bahkan hoax melalui media. Belum lagi hadirnya media baru yang begitu masif seiring perkembangan teknologi digital dengan sejumlah informasi pandemi berwujud propaganda di jagad sosmed telah menimbulkan kepanikan dan beragam pertanyaan, bahkan hal ini telah dimanfaatkan untuk menyuarakan misi pihak tertentu, seperti menyebarkan berita bohong dan sebagainya.
Tanggal/waktu: Jumat, 16 April 2021, pukul 15.00-17.00 WIB.
Pembicara:
- Djemi Amnifu (AJI)
- Rosy Swan (Dosen Undana)
- Ernest Ludji (gugus tugas)
Moderator: Marthen Bana (Ketua AJI Kupang)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Kupang
17. Purwokerto
Judul webinar: "Mengungkap Jejak Gempa Megathrust dan Sesar Aktif di Banyumas Raya”"
Gempa bumi masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia, termasuk yang berdomisili di Eks Karesidenan Banyumas dan sekitarnya. Langkah antisipasi sulit dilakukan karena bencana itu belum dapat diprediksi secara pasti kapan terjadi. Di sisi lain, kesadaran masyarakat untuk mengurangi risiko dampak bencana itu masih sangat rendah. Jangankan untuk bencana yang sulit diantisipasi seperti gempa, untuk bencana alam yang bisa dicegah semisal banjir atau longsor saja masyarakat masih gagap mengantisipasinya.
Padahal, rentetan kejadian gempa, baik di darat maupun perairan, dangkal atau dalam, mengalami eskalasi akhir-akhir ini. Siapa yang menyangka, di Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, wilayah yang berada di ketinggian di atas 1000 mdpl itu bakal diguncang gempa bumi, (April 2018). Masyarakat Kalibening yang sebelumnya “adem ayem” karena tak pernah diguncang gempa besar, terkaget usai diguncang gempa yang merusak.
Meski bermagnitudo kecil, 4,4 SR dan dangkal, dampaknya ternyata sangat besar. Ratusan bangunan, baik rumah maupun fasilitas umum rusak hingga rata dengan tanah. Banyaknya rumah yang rusak atau ambruk dalam peristiwa itu mengindikasikan, minimnya kesadaran masyarakat untuk membangun konstruksi rumah yang tahan gempa. Warga juga mengalami kebingungan untuk melakukan evakuasi mandiri ketika gempa terjadi.
Masyarakat selama ini hanya terpaku pada ancaman Megathrust yang memicu tsunami besar, tapi cenderung mengabaikan gempa sesar aktif di darat yang juga punya kekuatan merusak.
Sebelumnya, Desember 2017, meski pusat gempa 6.9 SR berada jauh (Tasikmalaya), dampaknya terasa hingga wilayah eks Karesidenan Banyumas. Bahkan, bangunan RSUD Kabupaten Banyumas mengalami kerusakan cukup parah hingga banyak pasien harus dievakuasi. Itu baru sebagian kecil kejadian gempa yang terjadi belakangan. Jika merunut sejarah, peristiwa gempa yang berdampak parah berulangkali terjadi di Eks Karesidenan Banyumas dan sekitarnya.
Tahun 1924 misalnya, gempa tektonik yang mengguncang Kabupaten Wonosobo bahkan sampai menyita perhatian dunia hingga menjadi Top News media internasional di era Hindia Belanda. Majalah Indie yang terbit tanggal 7 Januari 1925 melaporkan, lebih dari 1000 orang tewas akibat rentetan kejadian gempa bumi yang diikuti longsor dan banjir bandang di Wonosobo.
Banyak rumah penduduk, termasuk bangunan kokoh Belanda yang rata dengan tanah.
Siklus gempa akan terus terulang. Sayangnya, masyarakat tidak mau belajar dari sejarah. Jangankan melihat ke belakang, masyarakat cenderung apatis untuk memahami rentetan peristiwa gempa bumi di sekitar mereka yang terjadi di zaman sekarang.
Kapabilitas masyarakat untuk menelaah dan membaca tanda-tanda alam di sekitar mereka sangat kurang. Rendahnya minat baca dan rasa ingin tahu masyarakat jelas ikut menentukan. Dengan kata lain, literasi kebencanaan masyarakat masih sangat lemah. Padahal ini dibutuhkan untuk menjamin keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi.
Lemahnya literasi ini juga membuat masyarakat gampang terprovokasi oleh informasi sesat (hoax) yang biasanya banyak betebaran menyertai peristiwa bencana. Parahnya, hoax bencana sering kali dibungkus dengan bahasa agama sehingga mudah memancing emosi umat. Hoax bencana juga kerap dikemas untuk kepentingan politik atau lainnya yang bisa mengacaukan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tanggal/waktu: Selasa, 20 April 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- Tuswadi, S.Pd, M.Ed, Ph.D.in Ed. Direktur Politeknik Banjarnegara, Pakar Pendidikan Kebencanaan dari Hiroshima University Jepang
- Setyiajie Prayoedhie S.T. Dip.Tsu, M.DM, Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara
- Muhammad Ridlo Susanto, jurnalis senior Liputan 6.com
- Titi Puji Astuti, Kepala BPBD Banyumas
Moderator: Anita Wiryo Rahardjo
Klik untuk daftar: Webinar AJI Purwokerto
18. Surakarta
Judul webinar: "Fakta dan Mitos Vaksinasi, Tantangan Menyelesaikan Pandemi di Soloraya"
Upaya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia kerap terhambat disinformasi dan minimnya edukasi. Hambatan juga muncul seiring kebijakan yang kurang konsisten terhadap penanganan pandemi.
Sejak awal pandemi hingga pelaksanaan vaksinasi, disinformasi tentang pandemi atau infodemi menjadi faktor penghambat penyelesaian wabah. Di awal pandemi, banyak sekali beredar informasi menyesatkan tentang Covid-19, mulai soal Covid-19 hanya ada di China, bahan herbal yang ampuh membunuh virus, hingga virus SARS-CoV-2 buatan manusia. Lebih dari setahun sejak kasus pertama Covid-19 terkonfirmasi, disinformasi terus bermunculan.
Ketika vaksinasi diandalkan untuk mengatasi pandemi (karena lemahnya testing, tracing, dan treatment sejak awal), disinformasi belum juga usai. Begitu banyak infodemi tentang vaksin yang beredar di media sosial dan membuat masyarakat ragu menerimanya.
Keraguan muncul karena faktor keyakinan hingga informasi menyesatkan tentang vaksin.
Melalui webinar Fakta dan Mitos Vaksinasi, Tantangan Menyelesaikan Pandemi di Soloraya, kami mengajak masyarakat dan jurnalis mengenal lebih jauh tentang fakta-fakta dan bagaimana seharusnya program vaksinasi dijalankan.
Tanggal/waktu: Rabu, 21 April 2021, pukul 13.00-15.00 WIB.
Pembicara:
- dr. Tonang Dwi Ardiyanto, Sp.PK., Ph.D, (pakar patologi klinik)
- dr. Siti Wahyuningsih, M.Kes., M.H. (Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta)
- Syifaul Arifin (jurnalis, trainer Google News Initiative)
Moderator: Chellyne Indra Sushmita (AJI Solo)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Solo
19. Palu
Judul webinar: "Menangkal Mis-Disinformasi kebencanaan dan penanganan pasca bencana di Sulawesi Tengah"
Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, Sigi dan Donggala punya potensi tinggi bencana gempa, tsunami dan likuefaksi. Banyaknya korban jiwa dalam bencana 28 September 2018, menunjukkan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat di Pasigala belum cukup baik dalam mengambil tindakan pengurangan risiko (mitigasi) bencana. Sebab ketiga jenis bencana alam tersebut tidak dapat dihindari, sehingga yang dapat dilakukan adalah meminimalisasi kemungkinan resikonya.
Kondisi itu hanyalah satu dari sekian banyak masalah yang dihadapi masyarakat dan media di Kota Palu. Informasi yang beredar sosial media dan menyasar masyarakat tanpa verifikasi membuat kondisi ini semakin kompleks.
Keberpihakan para pihak dan media pun kadang terhambat dan tidak sampai karena kadang dihadang dengan label hoaks.
Berdasarkan latar belakang itu, AJI Palu, dan Gogle News Initiative menganggap penting untuk membuat diskusi yang mempertemukan Media, praktisi dan Akademisi dengan harapan akan muncul kesepahaman bagaimana melihat kondisi kebencanaan dan pasca bencana di Sulteng menjadi lebih transparan dan publik bisa lebih dilibatkan.
Tanggal/waktu: Kamis, 22 April 2021, pukul 13.00-15.00 WIB.
Pembicara:
- Neni Muhidin ( Pegiat Literasi Bencana)
- Iksam ( Arkeolog)
- Nurlela Lamasitudju ( Direktur SKP Ham)
Moderator: Yardin Hasan ( AJI Palu)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Palu
20. Manado
Judul webinar: "Melawan infodemik dalam upaya penanggulangan Covid-19 di Sulawesi Utara"
Pemerintah Sulawesi Utara tengah menggencarkan program vaksinasi Covid-19. Banyak orang antusias mendapatkan vaksin gratis dari pemerintah. Namun tak sedikit pula yang menolak untuk divaksin karena dihantui efek samping vaksin Covid-19. Terutama bayang-bayang kematian setelah mendapat suntikan. Rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin makin diperparah dengan masuknya vaksin AstraZeneca di Sulawesi Utara. Dalam pemberitaan, vaksin jenis ini menyebabkan kematian dan ditolak di sejumlah negara. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pun sempat menghentikan sementara vaksinasi AstraZeneca. Sebagian masyarakat makin takut untuk divaksin. Hoaks dan informasi simpang-siur terkait Covid-19 atau infodemik menghantui masyarakat. Hal ini menjadi isu penting untuk diatasi dalam upaya penanggulangan Covid-19 di Sulawesi Utara.
Tanggal/waktu: Jumat, 23 April 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- dr Steaven Dandel (Jubir Satgas Covid-19 Provinsi Sulut)
- Ronny Adolof Buol (Pemred Zona Utara)
Moderator: Joyce Bukarakombang, Koordinator Divisi Perempuan dan Anak AJI Manado
Klik untuk daftar: Webinar AJI Manado
21. Ambon
Judul webinar: "Tantangan Media menagkal Mis-Disinformasi pandemi Covid-19 di Ambon"
Sejak Covid 19 mewabah di Ambon pada April, 2020 lalu Pemerintah Kota Ambon resmi memberlakukan PSBB yang mengharuskan pembatasan sosial (Social distancing) secara otomatis ruang gerak atau jarak fisik masyarakat terbatas (Psycal distancing). Hal ini berimbas pada berubahnya pola kebiasaan masyarakat dari konvensional ke teknologi. Berbagai informasi pun dengan mudah diakses baik lewat pemberitaan media maupun informasi yang berseliweran di media sosial mengenai pandemi ini membuat tingkat kepercayaan masyarakat menurun. masyarakat cenderung apatis dan masih mengabaikan protokol kesehatan. Media sebagai ruang edukasi masyarakat seharusnya menjalankan fungsinya dengan baik dengan menelurkan berita yang akurat dan berimbang berdasarkan fakta. Disisi lain, arus informasi yang berkembang dengan cepat membuat sebagian orang memanfaatkan kondisi ini untuk menyebarkan berita atau informasi bohong dan sesat. Bagaimana peran dan tantangan media di Ambon untuk menangkal Misinformasi dan Disinformasi mengenai Covid-19?
Tanggal/waktu: Selasa, 27 April 2021, pukul 13.00-15.00 WIB.
Pembicara:
- Wendy Pelupessy, Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon
- Zairin Salampessy, Pemeriksa fakta tersertifikasi google
- Yani Kubangun, Pimpinan redaksi ameks.id (Ambon Ekspres Grup)
Moderator: -Rahman Patty (AJI Ambon/Jurnalis Kompas.com)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Ambon
22. Bireuen
Judul webinar: "Peran Media dalam menangkal Disinformasi Vaksinasi di Bireuen"
Setahun lebih sudah Indonesia berjuang menghadapi pandemi covid-19, jutaan masyarakat telah menjadi korban akibat terpapar virus corona yang menyebar cepat hingga ke seluruh penjuru dunia. Parahnya lagi, dibalik ancaman krisis kesehatan global ini, bermacam isu hoax turut berkembang pesat dan dikonsumsi publik luas. Berbagai upaya dilakukan pemerintah, dalam pencegahan dan penanganan covid-19, untuk melindungi masyarakat dari wabah menular itu. Termasuk di Propinsi Aceh yang serius menangani pandemi ini, khususnya di Kabupaten Bireuen sebagai salah satu kawasan transit di bumi Serambi Mekkah. Meski diantara maraknya isu hoax yang terus disebarkan, oleh pihak-pihak tertentu dan tak bertanggungjawab.
Vaksinasi saat ini menjadi salah satu strategi jitu, untuk memutus mata rantai covid-19 dan mengakhiri kondisi pandemi. Namun gelombang hoaks vaksin menjadi tantangan berat, disaat Indonesia memulai vaksinasi pada 13 Januari 2021. Hoaks seputar vaksinasi tentu akan memperluas pandangan kelompok antivaksin.
Isu Hoak menjadi alasan mengapa jurnalis dan masyarakat perlu mendapatkan edukasi mengenai cek fakta sebelum mempercayai hoaks yang beredar. Oleh sebab itu, kami ingin membagikan pengetahuan terkait pemeriksaan fakta terutama pada isu seputar Covid-19 dan vaksinasi di Kabupaten Bireuen melalui rangkaian webinar “Melawan Infodemik Covid-19”. Webinar ini akan membawa beberapa isu menarik dengan menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya.
Tanggal/waktu: Rabu, 28 April 2021, pukul 14.00-16.00 WIB.
Pembicara:
- dr. Irwan A Gani (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen).
- Dr. Marhamah, M. Kom.I (Dekan Fakultas Komunikasi dan Penyiaran Islam Pasca Sarjana IAIN Lhokseumawe).
- Iwan Bahagia (AJI Bireuen / Trainer Google News Initiative)
Moderator: Mursyidin (AJI Bireuen)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Bireuen
23. Banda Aceh
Judul webinar: "Peran Media Tingkatkan Literasi Bencana"
Aceh yang berada di jalur ring of fire (cincin api) rentan dengan bencana alam terutama gempa skala besar. Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam, disusul dengan gempa Simeulue Maret 2005, kemudian gempa Aceh Tengah pada Juli 2013, serta gempa Pidie Jaya pada awal Desember 2016 lalu, menjadi bukti bahwa Aceh rentan dengan bencana.
Selain itu, Aceh juga kerap dilanda bencana banjir, angin kencang, kebakaran hutan serta lahan, kebakaran pemukiman, dan gelombang pasang laut. Data BPBA pada semester pertama 2020, terdapat 505 kali bencana yang menyebakan 3 orang meninggal dunia, 12 luka-luka, serta 27.396 jiwa terdampak dengan kerugian material hingga Rp95 miliar. Sementara pada awal 2021, banjir masih menjadi momok utama bencana di Aceh dengan 79 kali kejadian.
Untuk itu, media berperan penting dalam memperkuat literasi kebencanaan dan mendorong sistem mitigasi bencana di Aceh. Sayangnya, isu literasi ini jarang diangkat sebagai tajuk utama di media-media mainstream. Tidak sedikit pula media dalam menyajikan berita bencana berbalik menjadi informasi menakutkan bagi masyarakat, karena melebih-lebihkan fakta atau bahkan mendahului sebelum bencana itu terjadi.
Di sisi lain, pemerintah daerah belum maksimal memperkuat literasi kebencanaan di tengah masyarakat. Data yang kerap berubah-ubah pada suatu peristiwa bencana dari pemerintah juga menjadikan disinformasi bagi kalangan media dalam pemberitaan. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, apalagi Aceh berada di jalur cincin api sudah seharusnya mendapat perhatian semua pihak dari sisi literasi bencana dan sistem mitigasi kebencanaan.
Oleh karena itu Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerjasama dengan Google News Initiative (GNI) mengundang semua pihak untuk berdiskusi dalam webinar series kebencanaan untuk menangkal disinformasi, dengan tema spesifik "Peran Media Tingkatkan Literasi Bencana".
Tanggal/waktu: Kamis, 29 April 2021, pukul 15.00-17.00 WIB.
Pembicara:
- Kepala Seksi Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Blangbintang, Zakaria
- Kasubbag Program Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Hanny
- Wartawan Kompas Ahmad Arif
Moderator: Nova Misdayanti (AJI Banda Aceh)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Banda Aceh
24. Ternate
Judul webinar: "Setahun pandemi di Maluku Utara: Berhasilkah media mengatasi infodemi?"
Sejak tahun 2018, AJI dengan dukungan Google News Initiative telah mengadakan pelatihan cek fakta untuk jurnalis dan mahasiswa/akademisi. Hingga saat ini telah melatih sekitar 8,746 peserta. Selama dua tahun tersebut, program ini telah mengadakan pelatihan di lebih dari 59 newsroom. Dari situ, beberapa newsroom kemudian menginisiasi inisiatif cek-fakta sendiri di media masing-masing.
Tantangan baru dihadapi saat masa pandemi Covid-19. Hoaks mengenai Pandemi Covid-19 terus meningkat. WHO menyebutnya sebagai infodemi, karena sama berbahayanya dengan virus penyebab Covid-19 itu sendiri. Kominfo menemukan 1.341 hoaks dengan sebaran hingga 2.135 sepanjang 2020. Sejumlah platform dan media telah bekerja keras untuk hoaks, meski infodemi terus merajalela di media sosial.
Vaksinasi menjadi salah satu upaya untuk menangani pandemi Covid-19. Namun gelombang hoaks vaksin menjadi tantangan di saat Indonesia memulai vaksinasi pada 13 Januari 2021. Padahal, untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok, vaksinasi harus mencakup 70 persen populasi. Sementara hasil survei sebelumnya menunjukkan, adanya kelompok yang menolak dan ragu-ragu mendapatkan vaksin Covid-19. Hoaks seputar vaksinasi tentu akan memperluas pandangan kelompok antivaksin.
Beberapa isu di atas menjadi alasan mengapa jurnalis dan masyarakat perlu mendapatkan edukasi mengenai cek fakta sebelum mempercayai hoaks yang beredar. Oleh sebab itu, kami ingin membagikan pengetahuan terkait pemeriksaan fakta terutama pada isu seputar Covid-19 dan vaksinasi melalui rangkaian webinar “Melawan Infodemi Covid-19”. Webinar ini akan membawa beberapa isu menarik dan berbagi best-practice dari pemeriksa fakta di media Indonesia dan khususnya Maluku Utara dengan menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya.
Tanggal/waktu: Jumat, 30 April 2021, pukul 13.00-15.00 WIB.
Pembicara:
- dr. Rosita Alkatiri, M.M.Kes Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara
- Budhy Nurgianto, Cek Fakta Tersertifikasi Google/AJI Kota Ternate
- Irwan Mustafa, SKM.M.Epid, Konsultan UNICEF Maluku-Malut/Ahli Epidemiologi Malut
Moderator: Yunita Kaunar (AJI Kota Ternate)
Klik untuk daftar: Webinar AJI Ternate
- 46 kali dilihat